Oleh Nur Hasnah
Afdilah
Terdapat
banyak model baju yang menutup syar’i untuk kaum hawa mulai dari bawahan, atasan,
krudung, hingga mekena. Distro wanita lebih banyak daripada pria. Walaupun
lebih sedikit banyak pria yang dalam berpakaian tetap modis, bahkan sarung yang
dianggap hanya untuk ibadah tetap diperhatikan. Modelnya pun bervariasi hingga
benang untuk pembutan sarung sangat diperhatikan secara detail guna menarik
konsumen.
Macam-macam
sarung di Indonesia beragam, di Pekalongan sendiri sarung harganya bervariasi
mulai dari harga yang paling mahal sarung B.H.S hingga harga yang paling murah Rp
25.000,00 rupiah. Bapak Ma’mun seorang pengusaha yang memiliki perusahaan
penyulingan cengkeh merupakan kolektor sarung. Beberapa sarung yang ia koleksi
antara lain B.H.S, Wadimor, Ketjubung, Atlas, Gajah Duduk, Sutra Bali, Cap Manggis,
HBI, dan Pulau Mas.
Beliau juga
menambahkan dari sekian
brand yang disebutkan yang paling
mahal adalah B.H.S karena campuran sutranya lebih banyak. Seperti B.H.I Motifnya
pun bermacam-macam mulai klasik hingga modern. Sedangkan Ketjubung lebih menitikkan
pada klasik dan wadimor yang lebih cenderung dengan model kotak-kotak. Pada
tahun 2012 merek terkenal mempunyai terobosan baru dengan benang sepuluh ribu
seperti Wadimor, Gajah Duduk, dan Atlas. Pada tahun 2010 variasi model sarung Ketjubung
masih tenun biasa, tahun 2011 tenun mulai dicampur dengan serat nanas dan
sekarang pada tahun 2012 tenun sudah dicampur dengan sutra.
Tak hanya
laki-laki, wanita-wanita di pondok pesantren atau ibu-ibu yang lanjut usia pun memakai sarung. Mayoritas memakai sarung
batik. Macam sarung batik diantaranya canting, tulis, cap dan sablon. Sarung
untuk wanita mempunyai bahan yang berbeda dengan pria. Untuk wanita mempunyai bahan
yang lembut dan ‘jatuh’. Sarung wanita yang bermodel canting dan cap biasanya
dikenakan pada acara pengajian, arisan, dan kondangan sedangkan yang cap dan
sablon untuk pemakaian sehari-hari.
0 komentar:
Posting Komentar