Senin, 22 Oktober 2012

Gimbal Bukan Siluman


Oleh Muhammad Abdul Kholiq
Di indonesia banyak bermunculan mode fashion rambut dengan spesifikasi dan aliran serta follower sendiri. Ada  yang menganut mode Mohak, Kriting, Kribo, Panjang terurai, Gimbal dan masih banyak lagi. Dari usia termuda sampai tertua hanya berbeda selera zaman saja. Di Yogyakarta sendiri banyak pilihan mode rambut dalam upaya menghias diri supaya terlihat percaya diri saat berinteraksi dan bergaul dengan manusia lainnya. Salah satunya adalah mode gimbal.
            Gimbal pada hakikatnya merupakan mode fashion dengan cara membiarkan rambut panjang lalu di rajut hingga menjadi satu kesatuan. Mirip dengan model kepang, hanya saja  pembuatan gimbal menggunakan teknik rajut dengan jarum.
Masih  ingatkah dengan artis sekaligus seniman mbah Surip? Saya rasa sosok beliau lah yang paling mudah mengimpretasikan mode rambut gimbal. Selama ini beliau memang lebih di kenal sebagai seniman musik reggee dengan ciri khas rambutnya yang gimbal nan panjang. Selain mbah surip masih banyak juga seniman, selebritis serta golongan pemuda-pemudi indonesia juga menggemari mode rambut gimbal.
Di tengah himpitan zaman modern ini mode rambut gimbal sering di interpretasikan sebagai golongan anak jalanan yang mempunyai citra negatif, identik dengan obat-obatan terlarang, minuman keras, tindakan free sex dan citra negatif lainnya. Akan tetapi opini yang selama ini berkembang dalam ranah realitas apakah sudah menemui titik kebenaran? Golongan yang menganut mode gimbal pada dasarnya menganut ajaran rastafari yaitu ajaran dari jamaika. Ada satu ajaran rastafari di jamaika yang kontroversial yakni mewajibkan konsumsi sabu-sabu dengan dalih semakin banyak menghayal maka akan semakin dekat pula raga kita dengan Tuhan. Sedangkan rambut yang harus gimbal dan panjang, hal itu bisa di jabarkan dalam konteks teologis bahwasanya dengan memelihara rambut panjang sama saja dengan mensyukuri nikmat Allah dengan cara membiarkan rambut panjang dan tidak memotongnya.
            Fakhrul Kholifi Bil Kha’(Scooteris Sex Independent) mengutarakan, “Pada dasarnya gimabal memang tidak harus regge, dan begitu pula regge juga tidak harus gimbal”, ungkapnya saat di temui ketika sedang menyeduh kopi di kedai kopi Blandongan beserta kawan-kapan rastawan lainnya. Selain itu beliau mengungkapkan bahwasanya ia tertarik dengan mode rambut gimbal karena, “pada dasarnya saya seorang rastawan (penganut faham rastafari)”, tuturnya. “Selain unik dan menarik rambut gimbal bagi saya juga memiliki nilai-nilai filosofis, hal itu terdapat pada saat kita merajut rambut, hal itu melambangkan semangat solidaritas terhadap sesama manusia. Perawatannya juga mudah, asal sering mandi dan sering shampoan maka rambut juga akan terawat. Toh kalaupun kwatir rajutannya melar, dengan rutin mandi hal itu tidak akan mempengaruhi kesehatan rambut”, pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar